Kisah hidup Siswadi hingga menjadi pengusaha sukses bimbel dan restoran tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi sosial laki-laki kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah ini.
sejak usia 5 th ia sudah ditinggal ayahnya pergi begitu saja.
Awalnya seorang pengamen jalanan sejak berusia 8 tahun, Siswadi, kini sukses menjalankan bisnis lembaga bimbingan belajar (bimbel) dan restoran.
Dia hanya seorang bekas pengamen yang mencoba menjajal peruntungan dengan mendirikan bimbel yang diberinya nama’Solusi Mandiri’
Dari bimbelnya yang kini telah beranak pinak menjadi 45 cabang yang tersebar di kawasan Jabodetabek, Siswadi telah meraup omzet paling tidak Rp 400 juta per bulan.
Sukses mengembangkan usaha bimbel, pria yang masih berusia 27 tahun ini tertarik menceburkan dirinya ke dalam bisnis restoran. Dari bisnis ini, Siswadi sudah mempunyai 7 restoran dengan laba bersih Rp 49 juta per bulan.
Tak betah tinggal lama-lama di rumah, Siswadi pun mengadu nasib ke Jakarta. Dengan perjuangan ekstra keras, Siswadi pun akhirnya tiba juga di Jakarta.
Lagi-lagi karena tidak ada kerabat, Siswadi pun harus menjadi pengamen. “Agar tetap hidup, saya mengamen di terminal itu,” jelas Siswadi.
Kala itu, Jakarta sedang dilanda demonstrasi besar-besaran yang digulirkan elemen mahasiswa. Siswadi menceritakan dirinya ikut demonstrasi di tahun 1998 demi sekadar mendapatkan sebungkus nasi. Karena sering demonstrasi, Siswadi pun berkenalan dengan sejumlah aktivis mahasiswa. Ia pun sempat terdampar di markas kelompok mahasiswa bernama Forum Kota (Forkot). Siswadi pun akhirnya menetap di markas Forkot itu sembari ikut sekolah kejar Paket A, Setara dengan SD.Tapi, kemudian, ia memutuskan bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah lembaga bimbel. Di tempat bimbel itulah Siswadi belajar seluk-beluk usaha bimbel. Berbekal pengalaman itu ditambh dengan peluang yang masih terbuka, ia mengajak teman-temannya membuka bimbel sendiri pada 2008.
Dengan memanfaatkan rumah salah seorang temannya, Siswadi mengeluarkan uang Rp 300 ribu untuk perlengkapan bimbel.
Agar bimbelnya lain daripada yang lain, Siswadi membidik pasar siswa dari keluarga menengah ke bawah. “Saya sadar kalau banyak siswa dari kelompk ekonomi tak mampu juga berhak mengikuti bimbbingan belajar,” ujar Siswadi.
Tak heran, tak lama buka, bimbel Siswadi pun banyak diikuti siswa, terbesar mereka dari kelompok masyakat tidak mampu. “Saya dapat murid 98 siswa saat itu,” kata Siswadi.
Kuncinya, kata Siswadi, usaha bimbelnya menawarkan paket murah tapi tidak murahan.
Kepercayaan terhadap bisnis bimbel semakin melambung setelah dua di antara siswa binaannya lolos seleksi program pertukaran pelajar Indonesia-Jerman.
Sejak itu, cerita Siswadi, bimbel Solusi diincar banyak siswa. Apalagi dari sisi bayaran, bimbel Solusi menawarkan paket hemat yang terjangkau bagi kalangan bawah.
Namun demikian, bimbel Siswadi tetap memberikan standar yang tinggi untuk kurikulum dan pelajaran yang diberikan. Karena itu, ‘Solusi Mandiri’ terus berkembang dan tak hanya diminati kelas bawah saja.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, jika pada awalnya Solusi menargetkan anak didik dari kalangan menengah ke bawah, maka saat ini siswa yang bergabung juga banyak dari kalangan atas. “Tiga tahun lalu kami memang fokus anak kurang mampu, sekarang kami juga menjangkau kalangan kelas atas,” kata Siswadi.
Walau sudah merambah segmen menengah atas, Siswadi tetap mematok tarif murah yakni Rp 500.000 per semester. “Itu menjadi daya tarik tersendiri, sebab walaupun murah namun materi yang diajarkan berkualitas,” klaim Siswadi.
Dengan tarif yang terjangkau, siswa juga akan mendapatkan modul belajar, buku pengembangan, serta tempat belajar ber-AC. Siswa juga memperoleh training atau seminar motivasi yang berlangsung di tengah atau akhir semester.
Siswadi menjamin kualitas pembelajaran di Solusi terstandar dengan baik. Dengan menerapkan konsep belajar team best learning plus setiap kelas hanya berisi 10 siswa. Modul pembelajaran yang diberikan juga ringkas dan mudah dimengerti.
Beragam strategi itu juga menggiring Siswadi jadi penerima penghargaan penyelenggara bimbel terbaik versi majalah bisnis nasional pada 2009 silam. Penghargaan itu didapatkan berkat peningkatan jumlah siswa yang mencapai 100% tiap semester.
Agar bisnis bimbelnya terus berkembang, Siswadi kemudian mewaralabakan Solusi. “Kami ingin mengembangkan bimbel Solusi ke seluruh Indonesia,” katanya.
Saat ini bimbel Solusi telah memiliki 45 cabang dan mitra di seluruh Indonesia dengan total murid sekitar 7.000 orang. Karyawan yang bekerja di Solusi juga sudah mencapai 470 orang. Dengan jumlah cabang tersebut, omzet yang diperoleh setiap bulan bisa mencapai Rp 400 juta.
Namun demikian, sukses yang diraih Siswadi tidak menghilangkan kenangan saat dia harus berjuang menjadi pengamen di jalanan. Sebagai wujud syukur atas segala suksesnya sekarang ini, saat ini Siswadi memberikan kursus gratis bagi anak yatim piatu. “Di balik kesuksesan pasti ada hak orang lain,” katanya.
Bisnis Restoran
Sejak 2010 lalu, Siswadi memiliki kesibukan baru selain bisnis bimbelnya. Dari modal yang diperoleh dari bisnis bimbelnya, Siswadi membuka restoran Rest Door yang membidik pasar mahasiswa dan karyawan.
Tak butuh waktu bertahun-tahun, Siswadi berhasil membuka tujuh cabang Rest Door dengan omzet Rp 420 juta per bulan hanya dalam waktu satu tahun.
“Bersama dengan lima orang rekan, saya membuka restoran dengan modal Rp 50 juta,” ujar Siswadi.
Pertama kali, ia membuka restoran itu di Ciputat, Banten, tidak jauh dari kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Begitu dibuka, restoran tersebut ternyata mampu menggaet banyak pelanggan yang kebanyakan berstatus mahasiswa.
Tidak hanya menjadi tempat makan saja, restoran Siswadi juga sering menjadi tempat nongkrong mahasiswa. Karena pasarnya mahasiswa, Siswadi sengaja menyajikan menu murah seperti laiknya mengudap di warung tegal (warteg). Dengan isi kantong Rp 5.000 saja, pelanggan sudah bisa makan dengan kenyang.
Namun, demi kenyamanan Siswadi menerapkan layanan kelas restoran. Tengok saja ruang restoran yang terkesan mewah karena ber-AC dan dilengkapi dengan teve layar datar. Tak hanya itu, restoran yang diberi nama Rest Door itu dilengkapi perangkat audio yang tak henti bersenandung saat pelanggan melahap hidangan. “Konsep ini memadukan warteg dengan restoran berbintang,” kata Siswadi.
Perkawinan warteg dengan restoran itu pun menjadi kunci sukses bisnis restoran Siswadi. “Warteg punya keunggulan yaitu murah, ini penting untuk diadopsi,” kata Siswadi.
Tidak cukup setahun, Siswadi memutuskan menambah cabang. Kali ini, ia melirik segmen lain selain mahasiswa. “Ada peluang untuk karyawan perkantoran,” kata Siswadi.
Untuk melayani urusan perut para karyawan kantoran itu, Siswadi lantas membuka cabang Rest Door di Jalan Gatot Subroto. Tak hanya itu, ia juga membuka enam gerai lagi yang tersebar di Pamulang, Pondok Gede, dan di beberapa tempat di wilayah Jabodetabek lainnya. “Total ada tujuh cabang yang saya buka dalam setahun,” kata Siswadi
Dewi Fortuna memang lagi berpihak pada Siswadi. Pendapatan tujuh restoran itu sesuai dengan harapan Siswadi. Walaupun keuntungan yang ia kutip relatif kecil, Siswadi berharap perputaran uang dari banyaknya pelanggan. “Harga murah serta tempat yang nyaman akan membuat orang kembali lagi makan ke tempat kami,” jelas Siswadi.
Dari setiap restoran, Siswadi bisa mendulang omzet minimal Rp 2 juta per hari. Artinya, dalam sebulan tujuh restoran itu bisa mendatangkan omzet hingga Rp 420 juta.
Setelah usaha bimbel dan restoran menemukan jalan terang, Siswadi mengaku tidak mau muluk-muluk. Tahun ini, ia hanya ingin fokus mengembangkan bisnis yang ada. “Restoran ini baru setahun, kami kembangkan dulu” kata anak ketiga dari empat bersaudara itu.
Dalam mengembangkan bisnis, Siswadi memiliki satu niat yaitu membahagiakan sang ibu. Ia bilang, perjalanan hidup yang ia alami selama ini tidak lepas dari motivasi yang diberikan oleh sang Ibu. “Sumber semangat bisnis itu paling utama adalah keluarga,” kata Siswadi yang baru bertemu ayahnya setelah sukses. Diolah dari kontan online, faz
Nama: Siswadi
Asal : Purwokerto
Usaha :
1. Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Solusi Mandiri (45 cabang)
2. Restoran Rest Door (7 cabang)
Omzet:
-Dari bisnis bimbel, omzet yang diraup Rp 400 juta per bulan.
-Sedangkan dari restoran omzet yang diraih mencapai Rp 49 juta per bulan
(surabayapost)
yah..., memang nasib manusia tidak ada yang tahu, selain Ia sang pencipta, maka dari itu kita tidak boleh memandang sebelah mata seseorang, bisa jadi orang kita remehkan sekarang kelak ia menjadi orang penting...